Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Cara Pengolahan Sumber Daya Mineral di Berbagai Negara Maju

gambar pengolahan bijih besi

“ Beginilah cara negara maju dan berkembang mengelola sumber daya mineral dan batubaranya untuk menjaga ketahanan mineral dan energinya di masa depan “

Indonesia diakui dan dikenal di dunia internasional sebagai negara yang menyimpan kekayaan sumber daya alam, terutama mineral dan batubara. Berbagai jenis komoditas tambang terdapat di kerak bumi Indonesia.

Namun, sampai sekarang, Indonesia masih mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan di dalam negeri yang berbasis komoditas pertambangan, baik untuk pemenuhan
energi dasar yang berkaitan dengan masyarakat, maupun untuk kepentingan industri.

Sebagian besar kebutuhan industri hilir mengandalkan pasokan dari negara lain, hal ini tentunya sangat rawan bagi perkembangan ekonomi dan ketahanan nasional. Kondisi demikian tidak relevan mengingat Indonesia adalah negara yang memiliki potensi sumber daya alam yang menjanjikan. 

Negara yang mampu mengelola hasil pertambangan dapat memenuhi kebutuhan di dalam negeri secara mandiri, tanpa bergantung pada negara lain. Jika dalam perjalanannya terdapat kelebihan produksi, maka hasil galian tambang dan turunan olahannya juga dapat dijajakan ke negara lain atau diekspor, sehingga dapat menjadi ladang pendapatan negara dan meningkatkan kekuatan tawar di mata dunia. 

Ujungnya, hasil dari pengelolaan pertambangan dapat menumbuhkan tingkat kesejahteraan
hidup rakyat di suatu negara sehingga meningkatkan sistem perekonomiannya.

Cara Negara Maju Mengolah Sumber Daya Mineral

Nah, bagaimana negara - negara maju, seperti Amerika Serikat, Korea Selatan dan China mengelola sumber daya mineral dan batu baranya sehingga meningkatkan perekonomian negaranya:

1. Korea Selatan

Korea Selatan berfokus pada pemenuhan suplai material kritis untuk kebutuhan industrinya. Korea Selatan adalah negara dengan sumber daya alam dan industri mineral pendukung yang terbatas, serta lemah dalam hal daur ulang. 

Logam - logam tertentu (As, Ti, Co, In, Mn, Ta, Ga, V, W, Li dan unsur tanah jarang/REE) umumnya diimpor dari China dan Jepang. Korea Selatan telah mengimplementasikan kebijakan untuk mendorong daur ulang guna memenuhi kebutuhan logam kritisnya.

Pada tahun 2009, Pemerintah Korea Selatan menetapkan target - target yang harus dicapai pada tahun 2018, antara lain meningkatkan pemenuhan secara mandiri material dalam negeri dari 12% menjadi 80%, meningkatkan level teknis dari 60% menjadi 95% dan meningkatkan jumlah perusahaan spesialis (mineral kritis) dari 25 menjadi 100. Berdasarkan kondisi dan target yang ingin dicapai, Korea Selatan menerapkan beberapa strategi, yaitu:
1. Mengamankan sumber daya mineral di luar negeri dengan membangun kerjasama strategis dengan negara lain. 

2. Mengamankan sumber daya alam domestik sehingga cukup untuk memenuhi kebutuhan domestik minimal selama 60 hari (stockpiling).

3. Melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan yang berfokus pada reduksi atau substitusi elemen kritis yang dinilai penting untuk ketahanan ekonomi. 

4. Mengembangkan teknologi dan infrastruktur untuk daur ulang, dan mengimplementasikan regulasi untuk mendorong pengumpulan serta peningkatan potensi daur ulang melalui strategi urban mining.

Untuk menyukseskan perkembangan infrastruktur perkembangan infrastruktur serta penelitian dan pengembangan (R&D), Pemerintah Korea Selatan menyediakan pendanaan dan insentif kepada perusahaan terpilih sampai perusahaan tersebut dapat berorientasi dengan stabil. Korea Selatan juga berinvestasi pada pendidikan pekerja dengan cara berkolaborasi dengan negara lain dan menyediakan beasiswa untuk pelajar dalam bidang mineral kritis.


2. China

China berupaya menjaga kestabilan suplai bahan baku untuk kebutuhan domestik negaranya melalui konsolidasi industri, mitigasi terjadinya produksi berlebih, dan mengurangi perdagangan ilegal. Komoditas yang menjadi fokus utama China meliputi Sb, Sn, W, Fe, Hg, Al, Zn, V, Mo dan REE. 

Berdasarkan kondisi tersebut, China menerapkan sejumlah strategi baik terkait kebijakan bisnis maupun R&D, yang diantaranya adalah:
1. Memberlakukan pajak dan kuota ekspor material REE
2. Melarang perusahaan asing melakukan penambangan material REE. 

3. Mendorong konsolidasi antar industri. 

4. Menerapkan harga tunggal. 

5. Memberlakukan kuota produksi. 

6. Melakukan moratorium pada izin pembukaan lahan tambang baru. 

7. Mengembangkan R&D pada teknik pemisahan REE dan eksplorasi REE baru.

8. Mengembangkan R&D terkait aspek metalurgi, sifat optik, sifat magnet dan kelistrikan dan unsur kimia dari REE. 

China berupaya untuk menghentikan penggunaan batu bara sebagai sumber energi, implementasi melalui China Coal Cap Policy. Dalam peraturan itu, emisi puncak karbon diharapkan tercapai pada tahun 2030. Upaya yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut sebagai berikut:
1.Menggunakan instrumen pasar dengan menggantikan pendekatan tradisional sehingga insentif yang diberikan dapat tepat guna. 

2. Memperkuat koordinasi peraturan transisi batubara dengan peraturan lainnya.

3. Mengupayakan transisi energi dapat terjangkau masyarakat bersamaan dengan pengurangan batubara sebagai sumber energi.

4. Mengupayakan kompensasi yang diberikan selama transisi sehingga meminimalisir dampak negatif dari keputusan yang diambil. 

Kemudian, dicanangkan 2 skenario yang disusun untuk mengupayakan penghentian batu bara melalui skenario puncak emisi tahun 2025 dan 2030. Dari 2 skenario tersebut, China mengupayakan supaya tahu 2025 menjadi puncak emisi dan menurun dalam kurun waktu selanjutnya. Pendekatan yang diambil sebagai berikut:
1. Menggantikan aset pembangkit batu bara lama dengan sistem pembangkit rendah emisi dan implementasi Carbon Capture, Utilization and Storage (CCUS) pada pembangkit konvensional bila memungkinkan.

2. Peningkatan dekarbonisasi pada sektor industri melalui optimasi struktur industri, perubahan bahan bakar, dan peningkatan efisiensi energi dalam mata rantai proses.

3. Integrasi peraturan penghentian batubara dalam sektor pembangunan dengan peraturan tata wilayah kota, memperbaharui gedung - gedung sesuai kebutuhan, meningkatkan efisiensi energi pada gedung dan peralatan, serta optimasi bauran energi.

3. Amerika Serikat

Sampai dengan tahun 2018, Amerika Serikat sangat tergantung kepada negara lain untuk memenuhi kebutuhan mineral kritis yang berpotensi menimbulkan kerentanan ekonomi maupun militer. 

Amerika Serikat mengimpor 31 dari 35 komoditas mineral kritis dengan jumlah impor 50% lebih dari konsumsi tiap tahunnya. Dengan latar belakang tersebut, Amerika Serikat telah menerapkan enam strategi sebagai berikut:
1. Melakukan R&D untuk meningkatkan kapabilitas ilmiah dan teknis terkait mineral kritis, meningkatkan investasi dalam inovasi, dan mendorong transfer teknologi. 

2. Memperkuat rantai pasok mineral kritis dan industri berbasis pertahanan militer.

3. Memperluas perdagangan internasional dan relasi kerjasama terkait mineral kritis, antara lain dengan Kanada, Australia, Uni Eropa, Jepang dan Korea Selatan. 

4. Meningkatkan pemahaman terkait potensi sumber daya mineral kritis domestik.

5. Mempermudah akses terhadap sumber daya mineral kritis yang meliputi pembangunan infrastruktur menuju area tambang, melakukan revisi kebijakan dan perizinan dan memberikan dukungan ekonomi. 

6. Meningkatkan jumlah tenaga ahli di bidang mineral kritis.

Untuk menjamin ketersediaan energi berbasis batubara, Amerika Serikat memberikan tumpuan ekonomi dan menjaga lingkungan dengan mengembangkan empat strategi:
1. Mengembangkan teknologi sumber energi fosil yang aman dan terjangkau untuk merealisasikan pemanfaatan penuh sumber energi domestik.

2. Meningkatkan ekonomi dan energy security melalui kebijakan, teknologi dan penggunaan cadangan strategis.

3. Mendukung ekspor produk domestik hidrokarbon dan bahan bakar fosil dari teknologi yang tersedia.

4. Mengembangkan dan mempertahankan predikat baik organisasi.

Dalam menjalankan program dan penelitian, Amerika memberikan fokus pada pengelolaan cadangan LNG dan minyak bumi. Batu bara dan pengembangannya sebagai sumber energi bersih masuk sebagai bahan penelitian prioritas.

Penutup

Negara - negara tersebut terbukti mampu mengoptimalkan potensi sumber daya alam dalam menunjang pertumbuhan ekonominya. Strategi dari negara ini dapat memperkaya acuan bagi Indonesia dalam mengembangkan kekayaan alam di dalam negeri.

Sangat senang hati menerima kritik dan saran di kolom komentar. Demikian ulasan singkat mengenai “ Cara Pengolahan Sumber Daya Mineral di Berbagai Negara “ Semoga Bermanfaat.


Dp.

Post a Comment for "Cara Pengolahan Sumber Daya Mineral di Berbagai Negara Maju"